Pengantar
A.
Suhu
Suhu didefinisikan sebagai derajat
panas dinginnya suatu benda, definisi ini adalah ungkapan paling mudah untuk
mendeskripsikan suhu dengan maksud panas bukan suatu bentuk energi, melainkan
hanya sebuah ukuran. Sedangkan definisi yang lebih tepat untuk mendeskripsikan
suhu dengan tingkatan yang lebih tinggi adalah “ukuran energi kinetik molekuler
rata-rata sebuah benda”, hal ini terungkap ketika kita mengaitkan
kuantitas-kuantitas makroskopik dengan pandangan yang bersifat mikroskopik
(Tipler, 1998:560).
Suhu
merupakan salah satu dari 7 besaran pokok yang dapat diukur secara langsung
yaitu menggunakan termometer, jenis termometer bermacam-macam bergantung zat
dan sifat termometrik yang digunakan. Di antara sifat-sifat ini, yakni volume
sebuah cairan, panjang sebuah logam, hambatan listrik sebuah kawat, tekanan gas
pada volume konstan, volume gas pada tekanan konstan, dan warna sebuah kawa
pijar (filament). Kemudian biasa dikenal 5 macam skala dalam termometer, yakni
Celcius, Fahrenheit, Reamur, Kelvin, dan Rankine yang kelimanya mudah untuk
dikonversi satu sama lain
Kerja
termometer menggunakan prinsip hukum ke-0 Termodinamika, yakni “Jika dua benda
berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga, maka ketiga benda
tersebut berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain”, (Halliday &
Resnick, 1998:696). Dengan pengertian fisis kesetimbangan termal, yaitu suatu
keadaan di mana kedua zat yang melakukan kontak tidak lagi mengalami pertukaran
kalor ditandai dengan temperatur atau suhu kedua benda adalah sama. Secara jelas, ketika benda yang akan diukur
suhunya berada dalam kondisi setimbang termal dengan tabung kaca termometer,
dan tabung kaca mencapai kesetimbangan termal dengan cairan yang menjadi zat
termometrik, maka hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai yang sesuai
meskipun zat termometrik tidak melakukan kontak langsung dengan benda yang akan
diukur suhunya.
Sebuah
eksperimen dilakukan untuk mengetahui batas suhu minimum yang mungkin dicapai
oleh suatu benda, dengan cara mengukur tekanan dan suhu menggunakan gas yang
volumenya dijaga konstan. Karena volume gas dijaga tetap, maka akan terbentuk
hubungan linier antara tekanan dan suhu.
Sketsa dari persamaan (3) adalah sebagai berikut:
Sketsa dari persamaan (3) adalah sebagai berikut:
Hasil
dari eksperimen tersebut adalah kurva linier dengan gradien tertentu yang
apabila diekstrapolasi hingga tekanan 0, maka akan memotong sumbu horizontal T
di -273,16 0C. Namun ketelitian hasil eksperimen ini sulit diulang
ketika dilaksanakan di ruang laboratorium yang berbeda. Sehingga didefinisikan
titik yang lebih mudah daripada titik perpotongan (titik
potong ketika merupakan titik
beku air normal) yaitu titik tripel air, kondisi ketika air berada dalam
kesetimbangan fase berwujud padat, cair, dan gas dalam waktu yang bersamaan
(Zemansky, 1962:361). Dan kesetimbangan fase ini terjadi pada suhu 0,01 0C.
Karena itu, hasil ekstrapolasi tidak di titik -273,16 0C lagi,
melainkan bergeser ke titik -273,15 0C.
Nilai -273,16
0C disebut juga 0 kelvin atau 0 absolut, karena tidak ada benda yang
dapat mencapai suhu di bawah 0 absolut tersebut. Sedangkan suhu terendah yang
masih dapat diukur adalah 1K.
berikut adalah data kalor jenis:
A.
Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang mengalir
dari suatu zat ke zat yang lain akibat adanya perbedaan suhu, tentunya dari
benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Karena suhu benda sebanding
dengan kandungan kalor yang dimilikinya, yakni energi gerak atom atau molekul
yang dapat terdiri dari translasi, rotasi, maupun vibrasi (Ishaq, 2007:236). berikut adalah data kalor jenis:
Kalor
dalam bahasan di atas adalah besar kalor yang digunakan benda untuk menaikkan
suhu benda itu sendiri.
Kedua
efek yang disebabkan oleh kalor di atas, yakni meningkatkan suhu dan merubah
wujud zat, digunakan dalam pemahaman lebih jauh mengenai Azas Black. Yaitu apabila zat A dan zat B yang mulanya memiliki
suhu masing-masing tA dan tB dicampurkan secara baik
sehingga pertukaran kalor terjadi sempurna, maka akan terjadi pertukaran kalor
secara terus-menerus sampai kedua zat mencapai kesetimbangan termal yang
ditandai dengan suhu keduanya sama besar. Di dalam kasus ini dianggap tidak ada
kalor lain yang masuk atau pun keluar dari sistem.
Selain
meningkatkan suhu dan merubah wujud zat, kalor juga dapat membuat benda memuai.
Benda memuai karena suhu benda tersebut meningkat. Sehingga pemuaian secara
langsung merupakan efek dari kenaikan suhu benda itu sendiri. Dan jika suhu
benda kembali pada kondisi semula, benda juga akan menyusut kembali ke bentuk
semula. Pemuaian yang sering diketahui adalah pemuaian panjang, luas, dan
volume. Berikut pembahasannya:
1.
Pemuaian panjang
Jika suatu benda padat dipanaskan, benda tersebut akan
memuai segala arah. Dengan kata lain, ukuran panjang, luas, dan volume benda
bertambah. Untuk benda padat yang panjang dan luas penampang yang kecil, kita
dapat menganggap benda padat tersebut hanya mengalami pemuaian panjang.
2.
Pemuaian luas
Jika benda padat yang dipanasi tidak berbentuk batang
melainkan berbentuk keping (persegi atau lingkaran), maka yang diperhatikan
adalah muai luasnya
3.
Pemuaian volume
Muai volume dapat terjadi pada zat padat, cair, dan
gas. Dengan kecenderungan muai volume zat cair lebih besar daripada zat padat
dan muai volume zat gas lebih besar daripada zat cair. Sehingga dengan
pemberian kalor yang sama, gas lebih cepat mengalami pertambahan volume dari
pada jenis benda lainnya. Koefisien mulai volume untuk berbagai jenis gas
besarnya sama,
B.
PERPINDAHAN KALOR
Kalor dapat berpindah dari benda yang satu ke benda yang lainnya
dengan tiga cara, yaitu konduksi ( hantaran ), konveksi ( aliran ) dan radiasi
( pancaran ).
1.
Konduksi (hantaran)
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan
kalor melalui suatu zat tanpa disertai partikel-partikel zat tersebut. Sehingga
kalor dipindahkan melalui tumbukan dari satu partikel ke partikel lain yang
berada di dekatnya. Konduksi biasa terjadi pada benda padat, karena ikatan
antar partikelnya yang kuat menyebabkan partikel tidak mudah bergerak bebas. .
2.
Konveksi (aliran)
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan
melalui suatu zat yang disertai dengan perpindahan partikel-partikelnya.
Biasanya, perpindahan secara konveksi terjadi pada zat cair dan gas karena
partikel-partikelnya terikat lebih lemah dibandingkan dengan zat padat.
3.
Radiasi (pancaran)
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan
kalor dari permukana suatu benda dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang
dapat berpindah dengan atau tanpa medium. Dan besar daya hantarannya sebanding
dengan pangkat empat suhu benda yang meradiasikan gelombang elektromagnetik
tersebut.